Saturday 23 August 2008

Kue Kering, Untung Basah

Siang terus merayap, Pengunjung di pasar kue kering pun kian menyergap. Ditempat ini telah berdiri puluhan stand atau tenda tempat penjualan kue-kue kering dari berbagai jenis dan rasa.

Memasuki bulan Ramadhan ini, membuat warga Surabaya mulai bersiap-siap menyediakan beraneka makanan untuk para tamu di hari lebaran nanti. Hal ini membuat mereka harus berburu kue-kue kering yang saat ini banyak dijual di sejumlah tempat di Surabaya.

bisnis kue kering di Surabaya mulai bergeliat. Kesibukan di kios-kios penjual kue kering di salah satu sudut pasar itu semakin terasa. Pembeli asyik memilih, sedangkan pedagang sibuk menawarkan. "Kalau bisa dicoba, pasti tahu kenikmatan rasanya. Sayang, hari ini puasa," celetuk seorang pembeli.

Ya, Pengamatan di Pasar Blauran, awal bulan September ini memang menunjukkan, kios-kios kue kering dipadati pengunjung. Beraneka macam kue kering dipajang dari depan hingga ke dalam kios. Umumnya, kue-kue kering itu dikemas dengan stoples bening.

Meski sebagian besar jenis kue kering yang dijual sama, namun beberapa pedagang mengaku tidak kesulitan menjual kue kering itu kepada konsumen. Bahkan, stok yang ada di toko selalu ditambah.

Sementara itu, harga kue kering di Pasar Blauran ditawarkan Rp Rp 19.000 per stoples kecil dan Rp 70.000 per stoples besar. Harga dipatok berdasarkan bahan yang digunakan dan tren kue itu. Untuk kue-kue yang baru diciptakan tahun ini, harganya sampai Rp 100.000 per stoples besar.

Langganan tiap tahunnya, trend selalu berubah. Rasa, ukuran, bentuk, dan penampilan menjadi bagian penting dari perubahan tersebut. Oleh karena itu, para produsen berlomba melakukan inovasi terhadap produknya.

Setiap tahun selalu ada tren kue baru yang diciptakan atau ditawarkan. Namun, beberapa jenis kue kering yang sudah lama ada masih tetap bertahan dan punya penggemar setia. Kastangle, nastar, dan putri salju, misalnya, tetap digemari meskipun jenis kue baru terus bermunculan.

"Tahun ini saya buat lapis surabaya dan kaki kambing wijen, yang ternyata banyak peminatnya. Selain itu, ada modifikasi kue lama, seperti nastar buaya, lidah kucing keju, keju cincin, dan keju tambang," kata Didi, pemilik took Monggo.

Buah stroberi pun bisa menjadi inspirasi dengan munculnya kue stroberi. Kue ini mirip bentuk stroberi dengan warna merah menyala dan dihiasi daun hijau. Kue ini mirip nastar, tetapi berisi selai stroberi.

Inovasi juga dilakukan pada resep tradisional, seperti kue sagon yang terbuat dari kelapa. Kue itu ditampilkan dengan aroma bakar berwarna hijau, dikemas dengan kemasan yang artistik sehingga makanan kampung itu tampil menjadi makanan modern.

Ukuran kue juga menjadi pertimbangan. Karena saat Lebaran biasanya tiap rumah menyajikan banyak kue, ukuran kue yang disajikan harus pas untuk sekali suap. Harga pun dipertimbangkan pembeli. Biasanya pembeli kelas menengah ke bawah mencari kue ukuran 250 gram, atau satu stoples kecil berharga kurang dari Rp 30.000.

Untuk persiapan hari raya Toko Manis yang berada di sisi depan Pasar Blauran menyiapkan dana hingga Rp 100 juta untuk stok kue kering. Kue kering itu diambil dari salah satu home industry yang ada di Surabaya.

Menurut Juni Asmira, pemilik Toko Manis, omzet yang didapatnya dari menjual kue kering saat ini Rp 8juta lebih per hari. Padahal, pada hari-hari biasa omzetnya hanya Rp 2,5 juta. Biasanya, pembeli di toko itu mencapai puncaknya pada empat hari sebelum Lebaran. Saat itu, omzet bisa mencapai Rp 25 juta dalam satu hari.

Sementara itu, pedagang kue kering yang lebih kecil menyediakan dana Rp 40 juta-Rp 75 juta untuk membeli kue-kue kering dari produsen. Toko Barokah menyediakan dana Rp 70 juta untuk membeli aneka macam kue kering. Menurut Nirma, pada saat Lebaran ia bisa meraup omzet hingga Rp 5 juta per hari. "Kalau hari biasa, paling-paling hanya Rp 700.000 per hari," katanya.

Senati yang memiliki kios kue di Blok C-4 Pasar Blauran, menyediakan modal Rp 40 juta untuk berdagang kue kering. "Hasilnya lumayanlah. Saya tidak bisa menghitung, karena setiap dapat uang langsung saya belikan barang lagi. Takut kehabisan," ujar Senati.

No comments: